Islam menemukan pijakan budaya kesundaan dan di sisi lain menjumpai cara bernegara yang sesuai alam pikiran masyarakatnya yang memberikan rasa hormat amat tinggi terhadap perbedaan.
Seperti gambar piramida ketiganya bisa bertukar posisi mengisi setiap sisinya. Islam, Sunda dan keindonesiaan menjadi akrab. Sunda yang ditelaah Kang Asep baik yang bersifat historis atau mitologis, berada pada lingkup sejarah atau pra-sejarah. Demikian juga keislaman dan keindonesiaannya. (Mayjen TNI (Purn) Dr. H. TB Hasanuddin, S.E., M.M. Dewan Pangaping PB Paguyuban Pasundan)
Buku Asep Salahudin ini patut disimak bersama. Dengan melihat judul karya ini, kita bisa segera menangkap gagasan fundamentalnya: mengawinkan tiga variabel besar sekaligus. Yaitu “kesundaan, keislaman dan keindonesiaan.” Boleh disebut karya Asep ini adalah ekspresi lanjutan eksperimen berpikir yang dirintis Nurcholish Madjid --yang abad lalu menyajikan karyanya seputar trilogi keislaman, kemoderenan, keindonesiaan. (Fachry Ali, MA, PhD, peneliti sosial, ekonomi dan politik)
Kebahagiaan hidup bersama akan terengkuh manakala kita bisa menyalakan cahaya iman yang dijangkarkan pada kearifan lokal (kesundaan), kedalaman religiositas (keislaman) dan keadaban berbangsa (keindonesiaan). Sebagaimana kemacetan relasi triadik itu merupakan pangkal kehampaan. Pada buku Asep Salahudin nisbat tritangtu tersebut dipercakapkan dengan argumentasi terang (Yudi Latif, MA, PhD, penggerak Aliansi Kebangsaan)
Kitab Tritanggu menunjukkan jalan lain dari kesundaan, yang menempuh proses dialognya yang khas dengan Islam dan keindonesiaan yang majemuk ini (Martin Lukito Sinaga, PhD., pendeta dan dosen STF Driyarkara)
Sunda bukan sekadar ditampilkan sebagai realitas ontologis. Tapi disapa untuk bercengkrama dengan keislaman dan keindonesiaan yang ketiganya dilihat penulis bersifat eklektik. Bukan mustahil refleksi-refleksi dalam buku ini, bisa mengawali lahirnya sebuah epistemologi baru hasil sintesis kreatif ketiganya (Dr. Dedy Djamaludin Malik, Ketua Stikom Bandung)
Asep Salahudin, Rektor IAILM Suryalaya (2021-2025). Ketua Lakpesdam PWNU Jawa Barat (2017-2021). Pembina Lesbumi PWNU Jawa Barat; Dewan Pakar DPP LDTQN. Kolumnis di Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat,Tribun Jabar dan Majalah Sunda Mangle.